Penguatan Pengajaran dan Pelatihan Kompetensi Komunikasi Bisnis Lintas Budaya di Era Masyarakat Ekonomi Asean

Oleh: Nova Yohana, Fitriana Lestari, Rina Mardiyanti
Diberlakukannya MEAmemungkinkan terjadinya integrasi ekonomi di seluruh Negara yang tergabung di dalam ASEAN. Dalam pelaksanannya tentu akan terjadi perbedaan pendapat dan persepsi dalam membuat dan mengambil sebuah keputusan, dan ini dipengaruhi oleh budaya. Edward T. Hall mengatakan bahwa komunikasi adalah budaya, dan budaya adalah komunikasi. Artinya cara berkomunikasi seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budayanya. Begitupun sebaliknya budaya adalah hasil dari sebuah proses komunikasi.

Sehingga komunikasi yang terjadi antara orang yang berbeda budaya bukanlah sebuah proses yang sederhana. Komunikator dan komunikan yang berasal dari Negara yang berbeda harus mampu menyesuaikan diri terhadap budaya lawan bicaranya. Jika tidak ingin mengalami kegagalan komunikasi bisnis lintas budaya, maka wajib hukumnya bagi seseorang untuk menghargai budaya orang lain sebagaimana ia menghargai budayanya sendiri. Semakin besar perbedaan budaya di antara orang-orang yang menjalin hubungan bisnis, maka akan semakin sulitlah proses komunikasi yang terjadi di dalamnya.

Lebih jauh, era MEA tidak hanya memungkinkan terjadinya pertukaran barang melainkan juga jasa. Sehingga jika masyarakat Indonesia tidak memiliki kapabilitas yang bagusakan dengan mudah disingkirkan oleh warga Negara asing.  Artinya orang Indonesia harus mampu bersaing dan memiliki kompetensi yang cukup di berbagai bidang, khususnya di bidang komunikasi bisnis lintas budaya.
Berikut ini adalah kompetensi komunikasi bisnis lintas budaya yang harus dikuatkan serta dimiliki oleh seseorang atau karyawan perusahaan baik nasional maupun multinasional dalam menghadapi MEA.

1.    Bahasa

Kompetensi komunikasi lintas budaya utama yang harus dimiliki oleh seorang individu dalam menghadapai era MEA adalah bahasa.Bahasa yang dimaksud adalah bahasa asing. Dengan menguasai bahasa asing, ketakutan dan rasa tidak percaya diri ketika menjalin hubungan bisnis dengan mitra asing akan dapat dihindari. Dapat dibayangkan bagaimana jalannya sebuah proses negosiasi jika salah satu dari orang yang berkomunikasi antarbudaya tidak menguasai bahasa asing.Saat ini bahasa asing yang digunakan dalam kawasan internasional adalah bahasa inggris.

Dalam menghadapi MEA, kompetensi bahasa utama yang harus dimiliki adalah bahasa verbal.Selanjutnya yang tidak kalah penting adalah bahasa nonverbal. Bahasa Inggris sebagai bahasa verbal tidak akan menimbulkan mispersepsi dalam penggunaannya dan berlaku secara umum. Berbeda dengan bahasa nonverbal yang dimaknai secara berbeda oleh orang-orang yang memiliki budaya yang berbeda.Dalam komunikasi bisnis lintas budaya, perilaku nonverbal mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam mencapai efektivitas dan keberhasilan komunikasi.

2.    Pengetahuan Terhadap Budaya Lain

Menurut Liliweri ada beberapa strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan terhadap budaya orang lain, yaitu strategi aktif, pasif dan interaktif. Dalam hal ini seorang individu atau kelompok sebelum menjalin hubungan bisnis, harus mengetahui bagaimana budaya mitra asingnya agar tercapai komunikasi yang efektif diantara dua belah pihak. Sebagaimana yang diungkapkan oleh William B. Gudykunst dan Young Yun Kim Kim: “one of the major factors influencing our effectiveness in communication with people from other cultures is our ability to understand their culture.

Dengan berusaha memahami kultur dari budaya lain, maka shock culture juga dapat dihindari. Kunci dari pemahaman budaya ini adalah memahami budaya orang lain, seperti memahami budaya sendiri, menjalin komunikasi dengan mitra asing juga dengan menyatukan diri; memposisikan diri; meleburkan diri kedalam budaya mitra kerja kita.

3.    Keterampilan

Keterampilan yang dimaksud disini adalah bagaimana seseorang dapat mengurangi kecemasan, ketidakpastian dan ketakutan ketika menghadapi mitra asing. Berada di era pasar bebas, bertemu dengan orang-orang dari Negara dan budaya yang berbeda tentu akan menimbulkan shock culture bagi seorang individu. Disinilah kompetensi komunikasi dibutuhkan.Bagaimana kita mengatur diri kita untuk tetap dapat bersikap luwes, berempati terhadap pembicaraan yang dilakukan, dan menghilangkan prasangka-prasangka negatif terhadap mitra.

4.    Motivasi

Sebuah perusahaan harus mampu menanamkan motivasi yang besar kepada karyawannya untuk tetap dapat bertahan dan meningkatkan jenjang karir mereka.

5.    Memenuhi Dimensi Komunikais Lintas Budaya

Guo dan Strato dalam Purnamawati telah merincikan apa saja dimensi dan elemn-elemen kompetensi komunikasi lintas budaya yang antara lain adalah sebagai berikut.

a.    Personality Attributes (Atribut Kepribadian)

Ciri-ciri pribadi yang terutama mempengaruhi kompetensi komunikasi adalah konsep diri (self concept), kesadaran diri (self awareness), keterbukaan diri (self disclosure), dan relaksasi social (social relaxation).Elemen-elemen ini harus tertata dengan baik ketika individu berhadapan dengan orang-orang yang berasal dari Negara-negara Asia Tenggara.

Perusahaan harus mampu menciptakan konsep, kesadaran, dan keterbukaan diri yang sesuai dengan budaya mitra asing tanpa harus menghilangkan budaya dasar mereka. Dalam berkomunikasi lintas budaya, seseorang juga harus mampu untuk melaksanakan relaksasi social dalam memahami keberagaman budaya dari Negara yang berbeda yang pada akhirnya akan membentuk perilaku individu tersebut.

b.    Communications Skills (Kemampuan berkomunikasi)

Perilaku ini termasuk kemampuan pesan,fleksibilitas perilaku,(pengelolaan interaksi), dan kemampuan social. Kecemasan akan timbul pada diri seseorang jika belum mampu memenuhi elemen-elemen ini. Oleh karena itu sebelum melakukan komunikasi lintas budaya dengan mitra asing perlu bagi seorang individu untuk merancang kemampuan komunikasi ini. dengan merencakana bagiaman sebuah pesan akan dikomunikasi dalam kerangka pemikiran yang masuk pada budaya mereka, bagaimana interaksi, dan seberapa fleksibilitas perilaku yang memungkinkan dalam proses komunikasi tersebut.

c.    Psychological Adaptation (Adaptasi Psikologis)

Komunikasi lintas budaya adalah sebuah proses yang kompleks. Orang-orang yang berasal dari Negara-negara Asia Tenggara memiliki budaya yang tidak semua bisa kita jangkau dengan akal kita. Sehingga ketika terjadi sebuah proses interaksi dan komunikasi akan menimbulkan dampak psikologis tersendiri bagi kita.

Karena itu lah adaptasi psikologi menjadi salah satu dimensi komunikasi yang harus mampu dilakukan oleh individu-individu tertentu dalam menghadapi mitra asing.Tidak jarang banyak perilaku dari orang yang berbeda budaya menimbulkan perasaan tidak suka.Karena di Negara kita itu bukanlah sebuah perilaku yang baik.Namun tidak demikian di Negara mereka. Sebagai contoh bagi orang Arab, berbicara dengan keras kepada orang lain adalah bentuk kecintaan mereka terhadap orang tersebut.

d.    Cultural Awareness (Kesadaran Budaya)

Untuk memahami budaya Negara lain yang begitu beragam. Kita perlu membuat cultural map untuk memetakan budaya-budaya lain secara sistematis, sederhana, dan singkat. Peta budaya ini sebaiknya dibuat oleh perusahaan untuk menjadi pedoman bagi karyawannya.
Sumber:
Lewis, Richard D. 2004. Komunikasi Bisnis Lintas Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya
Liliweri,Alo. 2002. Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: LKiS
Purnamawati, Ami. 2009. Kompetensi Komunikasi Antarbudaya Tenaga Kerja Wanita Indonesia di Singapura. Bandung: Unpad Press


Share on Google Plus

About Unknown

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar